Kepada para da’i

Bismillahirrahmanirrahim.

Kepada setiap orang yang telah memproklamirkan dirinya sebagai da’i yang berupaya menapaki jejak para Nabi dan Rasul…

Kepada orang-orang yang menobatkan dirinya sebagai dokter hati yang berupaya meracik ramuan untuk para pasien-pasien yang terkapar dalam penyakit syahwat dan syubhat…

Kepada orang-orang yang mengorbankan, siang dan malamnya tuk menyeru manusia kembali kepada agama Allah meskipun terkadang harus meninggalkan anak dan istri…

Merenunglah sejenak, dan tanyakan pada hati anda yang dalam, untuk siapakah anda bekerja, dan kepada apakah anda menyeru…???

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab mengingatkan setiap da’i, ketika menyebutkan ayat tentang kewajiban dakwah kepada Allah:
{ قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ } [ يوسف : 108 ]

“katakan: inilah jalanku, aku menyeru (manusia) kepada jalan Allah di atas bashirah(ilmu) aku dan orang-orang yang mengikutiku, mahasuci Allah dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang musyrik”.QS.Yusuf:108.
الثانية : التنبيه على الإخلاص ، لأن كثيرا من الناس لو دعا إلى الحق ، فهو يدعو إلى نفسه
.
“Persoalan kedua: peringatan untuk ikhlas, karena kebanyakan dari manusia seandainya menyeru (manusia) pada kebenaran, hakikatnya dia menyeru (mereka ) kepada dirinya”.

Maka sadarlah bahwa dakwah adalah ibadah, dan ibadah tidak akan diterima tanpa diiringi dengan keikhlasan.
Diantara bentuk godaan yang akan merusak dakwah dan mengotori kesuciannya antara lain:

  1. berdakwah dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dunia, atau untuk mencari kedudukan dan popularitas.
  2. berdakwah dengan tujuan mendapatkan pujian manusia dan menarik perhatian mereka.
  3. berdakwah dengan tujuan ingin menjadi pemimpin dan memperbanyak pengikut.
  4. berdakwah dengan tujuan ingin menunjukkan eksistensi dirinya dan menyaingi kawan-kawan seprofesi dengannya.

Syetan senantiasa berupaya menggelincirkan kita, berapa banyak orang-orang yang niatnya ingin membawa manusia kepada cahaya kebenaran, ternyata larut dalam kegelapan riya dan sum’ah.

Jika ada teman-teman seprofesi dengannya memiliki tempat dan kedudukan di mata manusia, ramai majlisnya dan berkah dakwahnya, maka hal ini membuat iri hatinya dan melakukan segala upaya untuk dapat menempati posisi seperti itu bahkan lebih dari itu. Lisanul hal nya berkata: ”aku juga mampu seperti dia bahkan lebih”.

Tanpa disadari, tidak sedikit da’i yang merasa kecewa tatkala yang datang ke majlisnya hanya segelintir manusia. Maka terpaksa sang da’i berpindah-pindah dari satu majlis ke majlis lain hanya untuk mencari murid-murid yang banyak.

Sebaliknya tidak jarang pula dia merasa dirinya telah hebat tatkala berkumpul di hadapannya orang banyak, dan majlisnya makmur dengan para penutut ilmu. Sehingga keluarlah ucapan-ucapan semisal: ”murid saya ada sekian-sekian jumlahnya…seluruh murid-murid saya yang jumlahnya sekian-sekian …telah ada data-data dan nomor handphone mereka di tangan saya…”

Diantara ciri-ciri tidak ikhlasnya seorang da’i dalam berdakwah:

 

  1. Hanya memberikan sisa-sisa waktunya untuk berdakwah, adapun dominan waktunya dia kerahkan untuk mencari ma’isyah dan keuntungan duniawi. Anda akan dapati hal ini pada da’i-dai yang terjebak dalam politik praktis, yang ghalib waktunya bukan lagi untuk taklim dan halaqoh, tetapi gantinya adalah kesibukan yang padat untuk merekrut anggota dan mempertahanan eksistensi partainya. Jadilah dakwahnya kepada partai bukan lagi kepada Allah dan Rasul-Nya.
  2. Perasaan berat dan malas untuk berdakwah, karena itu kita lihat mereka tidak konsisten dalam mengajar, terkadang dia mau mengisi dan terkadang dia malas datang, sekali hadir dan berkali-kali absen.apalagi jika jam’ahnya tidak bertambah-tambah, dia akan berpikir untuk mencari masjid dan halaqoh lainnya.
  3. Mengkaitkan dakwahnya dengan “amplop” yang di dapat. Jika amplopnya tebal dia merasa suka cita dan semangat untuk datang, sebaliknya jika amplopnya tipis dan akan pikir-pikir ulang untuk kembali dengan seribu satu alasan. Apalagi biasanya amplop akan sebanding dengan besar-kecilnya masjid dan majlis-majlis ta’lim yang didatangi.
  4. Sulit untuk bekerja sama dengan teman-teman seprofesinya, dalam pandangannya bahwa teman seprofesi bukanlah mitra yang dapat diajak untuk bekerja sama dalam mengembangkan dakwah, tetapi mereka -dalam pandangan matanya- adalah saingan dalam bisnis dakwah dan dalam memperebutkan simpati manusia. Jangankan bekerja sama, untuk duduk semajlispun bagi mereka begitu sukarnya.

Seyogyanya da’i senantiasa mengintrofeksi diri dan niatnya, dan memulai dari dirinya sendiri sebelum mendakwahkan segala sesuatu kepada manusia. Berkata Imam Ali bin Abu Thalib:
” من نصّب نفسه للناس إماما فليبدأ بتعليم نفسه قبل تعليم غيره وليكن تهذيبه بسيرته قبل تهذيبه بلسانه , ومعلم نفسه ومهذبها أحق بالإجلال من معلم الناس ومهذبهم ” ..

“Barang siapa yang memproklamirkan dirinya sebagai panutan bagi manusia maka hendaklah dia mulai mengajarkan dirinya terlebih dahulu sebelum mengajarkan orang lain, dan hendaklah dia memperbaiki tingkah lakunya terlebih dahulu sebelum memperbaiki manusia dengan lisannya, seorang yang berupaya untuk mengajarkan dirinya sendiri dan yang memperbaikinya lebih utama daripada orang-orang yang hanya sekedar mengajari manusia dan mendidik mereka(dengan melupakan diri sendiri).

Hendaklah da’i mengambil bagian untuk dirinya dalam hal ilmu dan ibadah, jika tidak maka hatinya akan mengeras. Dan hendaknya para da’i konsisten dengan mengerjakan yang wajib berbekal dan memperbanyak ibadah sunnah, menyibukkan diri dengan berzikir, istighfar, membaca Quran dan munajat kepada Allah dengan segala bentuk perbuatan-perbuatan taat lainnya.

Hendaklah da’i menjadi contoh suri tauladan bagi manusia dalam segala hal. Jangan sampai dia adalah orang pertama yang mengingkari dakwahnya sendiri yang dia tawarkan kepada manusia dengan tidak mengamalkannya.

Bersabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
يؤتى بالرجل يوم القيامة فيلقى في النار فتندلق أقتاب بطنه , فيدور فيها كما يدور الحمار في الرحى فيجتمع إليه أهل النار فيقولون : يا فلان , الم تكن تأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر ؟ فيقول : بلى كنت آمر بالمعروف ولا آتيه وأنهى عن المنكر وآتيه ” .

Akan dihadirkan di hari kiamat seorang laki-laki dan dicampakkan ke dalam neraka hingga terburai isi perutnya, maka dia berputar-putar sebagaimana keledai yang berputar mengintari poros, maka datang berkumpul padanya penduduk neraka dan bertanya: ”bukankah dahulu anda yang menyeru(manusia) pada kebaikan dan melarang(mereka) dari kemungkaran? Dia menjawab: ya, aku memang memerintahkan mereka untuk berbuat ma’ruf tetapi aku tidak menjalankannya, dan aku mengajak manusia untuk meninggalkan yang mungkar tetapi aku mengerjakannya”.

Allahul musta’an, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah dan para sahabat dan ahlul baitnya.

Batam, Ahad, 09 Juni 2013 /30 Rajab 1434 H

One thought on “Kepada para da’i