Makna Akidah
Akidah terambil dari bahasa Arab yang berarti “ikatan”. Ketika seseorang meyakini sesuatu dengan sepenuh hati tanpa ada keraguan sedikit juapun, ketika itulah dia dianggap telah memiliki akidah yang kuat. Baik keyakinan tersebut hak ataupun batil.
Agama Islam adalah akidah dan syariah
Ulama telah membagi Islam menjadi dua bagian, akidah dan syariah. Adapun akidah khusus membahas tentang itikad yang terhujam dalam hati seorang mukmin, sementara syariah, berkaitan pembahasan seputar hukum-hukum amaliyah baik berupa kaifiyat dalam beribadah, maupun, muamalah.
Maka perkara rukun iman yang enam-sebagai pondasi dasar akidah-maupun perkara itikad lainnya, seperti keyakinan adanya hari berbangkit, shirat, mizan, mahsyar, surga dengan segala nikmatnya, dan neraka dengan segala azabnya…dst, adalah bagian dari perkara akidah.
Sementara perkara bagaimana seorang berwudhu, sholat, berpuasa, zakat,berhaji, bagaimana seorang menikah, syarat dan rukunnya, bagaiamana seseorang berjual beli yang sah,bagiamana hudud..dst adalah bagian dari perkara syariat.
Urgensi akidah tauhid
Akidah menduduki posisi terpenting dalam bangunan Islam, laksana bangunan Akidah adalah adalah pondasinya yang kelak menentukan kuat lemahnya bangunan. Seorang yang kropos pondasi akidahnya bisa dipastikan akan menuai bangunan yang runtuh menimpa tubuhnya.
Apapun amalan seseorang baru akan diterima jika berada di atas akidah yang benar. Sebaliknya sebesar gunung uhud pun infak nya dan sedekahnya dalam bentuk emas, tidak akan diterima hingga benar pondasi akidahnya. Allah berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الزمر: 65)
Dan telah diwahyukan padamu dan pada para Nabi sebelummu seandainya engkau berbuat syirik niscaya akan gugurlah amalanmu dan engkau akan menjadi orang yang merugi.(QS: az-Zumar: 65)
Diantara keutamaan akidah tauhid adalah:
1. Akidah tauhid adalah kunci surga
2. Akidah tauhid mengeluarkan pelaku dosa besar dari dalam neraka
3. Akidah tauhid adalah awal seruan dakwah setiap Nabi.
4. Akidah tauhid menjadi sebab diampunkannya dosa manusia
5. Akidah tauhid yang sempurna memasukkan seseorang ke dalam surga tanpa proses hisab
Awal penyimpangan akidah dalam sejarah anak adam
Seluruh anak Adam diciptakan untuk mengabdikan dirinya beribadah hanya kepada Allah semata, sebagaimana firmanNya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (٥٧)
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.QS: az-Zariyat: 56-57)
Seandainya manusia dibiarkan tanpa dipengaruhi lingkungannya niscaya dia akan bertauhid dengan benar, tetapi karena dampak lingkunganlah yang merubah fitrah tauhid seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah:
كل مولود يولد على الفطرة ، فأبواه يهودانه ، أو ينصرانه ، أو يمجسانه (رواه البخاري ومسلم)
Setiap anak terlahir di atas fitrah, kelak kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, maupun Majusi. HR. Bukhari dan Muslim
Adapun awal bermula kesyirikan terjadi, pada masa Nabi Nuh, setelah wafatnya tokoh-tokoh kaum Nuh.Berkata Ibnu Abbas:
كان بين آدم ونوح عليهما السلام عشرة قرون كلهم على الإسلام
Adalah rentang waktu antara Adam dan Nuh sepuluh abad, semuanya berada di atas agama tauhid.
Setelah itu mulailah timbul kesyirikan pertama dengan menjadikan patung-patung orang sholeh tersebut sebagai perantara dalam beribadah kepada Allah. Untuk mengembalikan tauhid Allah mengutus Nabi Nuh alaihis salam.
Awal penyimpangan akidah di bangsa Arab
Sejak zaman Ibrahim bangsa Arab beragama tauhid dan hanya menyembah Allah semata, adapun awal penyimpangan dalam akidah bermula ketika Amr bin Luhay dari zuku khuza’ah memasukkan berhala ke jazirah Arabia, karena latah mengikuti orang-orang musyrikin yang dia temui di Syam, sejak itu berubahlah agama bangsa Arab dari tauhid menjadi syirik hingga di utusnya nabi Muhammad yang berhasil mengembalikan bangsa arab kepada agama nenek moyang mereka -Ibrahim- selama rantang waktu 23 tahun.
Semangkin jauh dari masa kenabian, semangkin jauh pula manusia dari nilai-nilai tauhid hingga saat ini berbagai jenis kesyirikan merebak di dunia Islam. Tidak sedikit kuburan yang disembah, jimat yang diperjual belikan, munculnya para dukun…dst.Karena itulah kita melihat, betapa urgennya mengenal kembali tauhid yang diajarkan Rasulullah dan para sahabatnya,di saat kaum muslimin tenggelam dalam syahawat dan syubuhatnya.
Akidah dan sumber pengambilannya
Akidah adalah perkara tauqifi, Maksudnya bahwa akidah tidak dapat ditetapkan kecuali dengan dalil, sebab akidah membahas tentang perkara ghaib, tentang Allah dan sifat-sifatnya, tentang alam ghaib yang tidak dapat diketahui kecuali dengan nash.Oleh karena itulah akidah tidak dapat ditetapkan kecuali dengan dalil, dari quran dan sunnah.
Diantara sebab penyimpangan yang terjadi di tubuh umat Islam adalah tatkala mereka mengambil akidah mereka dari bukan wahyu, tetapi dari logika dan filsafat ulama kalam yang mengadopsi ilm tersebut dari luar Islam.
Tidakalah terjadi penyimpangan pada sekte, Jahmiyyah, Muktazilah…dst kecuali disebabkan meninggalkan nash dan lebih memilih logika. Atau memutar balikkan nash agar sesuai dengan akal mereka.
Sebab penyimpangan dalam akidah
• Miskin ilmu tentang akidah yang dibawa oleh Rasulullah
• Ghuluw dalam memuliakan orang sholeh.
• Membangun Masjid di atas kuburan-kuburan.
• Fanatik buta mengikuti apa yang dibawa para leluhur
• Taklid buta mengikuti perkataan ulama yang menyesatkan
• Minimnya porsi penjelasan akidah yang lurus,di pembelajaran sekolah
Syahadat adalah gerbang menuju Islam
Dua kalimat syahadat adalah pintu gerbang memasuki agama Islam. Siapapun yang ingin memasuki agama ini harus ter¬lebih dahulu harus menjadikan dua kalimat syahadat sebagai pembuka pintu tersebut. Tentunya dibutuh pula pemahaman yang benar dengan apa yang diikrarkan dan konsekwensinya, tanpa itu jadilah ucapan yang di ikrarkan seseorang akan menjadi perkataan yang tidak bermakna.
Kalaulah Syahadat sekedar ucapan, tidak akan pernah berbeda antara seorang munafik dan mukmin, tidak pula diperangi orang-orang yang enggan mem¬bayar zakat,tidak akan dierangi Musailamah Al-Kazzab -sang nabi palsu -dengan para pengikutnya , tidak akan di eksekusi Ja’d bin Dirham maupun Al-Hallaj….padalah seluruhnya mengucapkan dua kalimat syahdat.
Orang yang mengikrarkan syahadat dapat saja terjerumus pada kesyirikan degan melakukan amalan-amalan tertentu yang melanggar konsekwesi tauhid seperti: memuja kuburan para wali, melakukan thawaf padanya, meyembelih untuk selain Allah, beristighatsah , berkeyakinan bahwa jimat dapat men¬datangkan keberuntungan, menolak musibah, dapat menyembuhkan penyakit, dukun dapat mengetahui perkara ghaib, menyembelih untuk jin …dst.
Persepsi yang salah adalah tatkala kaum muslimin menganggap bahw kafir dan musyrik hnayalah tatkala sesorang mengakui adanya tuhan selain Allah yang mencipta, mengatur dan memlihara alam semesta, lebih dari itu , apapun perbuatan seseorang , tidak akan mencemari tauhidnya apalagi membatalkannya.
Jika Abu Jahal lebih paham
Apa yang menghalangi Abu Jahal mengucapkan kalimat tauhid? Jawabannya adalah karena dia memahami makna dan konsekwesi dari ucapan tersebut. Begitu pahamnya Abu Jahal bahwa dibalik kalimat itu terkandung sejumlah keharusan,yang terbesar bahwa dia harus kafir terhadap segala sesembahan selain Allah.
Karena itulah setiap kali Nabi -Shalallahu alaihi wa sallam- menyeru mereka untuk meng atakan ucapan ini, mereka menolaknya. Pernah suatu ketika Nabi Shalallhu alaihi wa sallam mengumpulkan mereka dan berkata : ”Wahai manusia, katakan La Ilaha illallah kalian akan ber jaya, kalian akan menjadi penguasa bangsa Arab dan menaklukkan bangsa Ajam. Jika kalian wafat kalian akan jadi raja-raja di surga”. Namun mereka menolak dan ber kata:” Bagaimana mungkin men jadikan Tuhan-Tuhan yang banyak men jadi satu Tuhan? Alang kah aneh nya seruan Muhammad”.
Makna la ilaha illallah , Rukun, Kon sekwensi, Syarat dan Sebagian Kerancuan Dalam Menafsirkannya
Hakikat makna dari kalimat la ilaha illallah yaitu meyakini dan mengikrarkan bahwa tiada sembahan yang layak kecuali Allah, siap dengan segala konsekwensinya.
Maka kalimat tauhdi di atas mengandung dua rukun yang tidak dapat dipisahkan. Pertama : Nafi yang terkadung dalam kalimat la ilaha. Kedua Itsbat yang ter kandung dalam kalimat Illallah.
Makna Nafi yaitu menolak segala bentuk per ibadatan kepada tuhan-tuhan selain Allah, bahwa segala tuhan yang disembah dari selain Allah adalah batil. Makna ini melahirkan konsekwensi kafir kepada thagut, membenci kesyrikan dan kaum musyrikin, anti kekufuran dan kaum kafir, berlepas diri dari mereka, dan menanamkan kebencian abadi terhadap mereka sampai mereka beriman kepada Allah ta’ala. Sebagaimana kisah berlepas dirinya Nabi Ibrahim dari kaum nya dalam firman Allah ta’ala :
قَد كانَت لَكُم أُسوَةٌ حَسَنَةٌ فى إِبرٰهيمَ وَالَّذينَ مَعَهُ إِذ قالوا لِقَومِهِم إِنّا بُرَءٰؤُا۟ مِنكُم وَمِمّا تَعبُدونَ مِن دونِ اللَّهِ كَفَرنا بِكُم وَبَدا بَينَنا وَبَينَكُمُ العَدٰوَةُ وَالبَغضاءُ أَبَدًا حَتّىٰ تُؤمِنوا بِاللَّهِ وَحدَهُ
”Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguh nya Kami berlepas diri dari kamu dari dari apa yang kamu sem bah selain Allah, Kami ingkari (kafir) twrhadap kalian dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja (Q.S.Al-Mumtahanah:4)
Makna itsbat yaitu menetapkan hanya Allah ta’ala Tuhan yang berhak untuk disembah, diibadati, diagungkan, dicinta dan diharap. Makna ini melahirkan konsekwensi mencintai tauhid dan ahli tauhid, memberikan loyal kepada mereka dengan menjadikan mereka seba gai wali-wali. Sebab Tidak akan mungkin berkumpul dalam hati seorang mukmin dua hal yang berten¬tangan, antara mengibadati Allah ta’ala dan mengibadati selainnya, Antara mencin tai Allah ta’ala dan Rasul nya dengan mencintai musuh keduanya. Allah berfirman: لا تَجِدُ قَومًا يُؤمِنونَ بِاللَّهِ وَاليَومِ الءاخِرِ يُوادّونَ مَن حادَّ اللَّهَ وَرَسولَهُ وَلَو كانوا ءاباءَهُم أَو أَبناءَهُم أَو إِخوٰنَهُم أَو عَشيرَتَهُم ۚ أُولٰئِكَ كَتَبَ فى قُلوبِهِمُ الإيمٰنَ
” Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka (Q.S.Al-Mujadilah: 22)
Kerancuan dalam memahami makna la ilaha illallah
Terdapat beberapa kerancuan yang dipahami sebagian kaum muslimin dalam memahami makna la ilaha illallah, diantar¬nya :
• Menafsirka la ilaha illallah dengan tiada pencipta kecuali Allah ta’ala. Penafsiran ini rancu karena belum membuat orang yang mengucapkannya bertauhid dengan benar.Jika makna la ilaha illallah hanya menuntut seorang meyakini bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah ta’ala, maka konsekewensinya kaum musyrikin Arab dianggap telah bertauhid karena mereka menyakini bahwa hanya Allah ta’ala saja sang pencipta dan mereka sendiri tidak pernah meyakini berhala-berhala mereka sebagai pencipta,bahkan Iblis pun diangap bertauhid karena Iblis meyakini dan paham bahwa Allah ta’ala adalah penciptanya.
• Menafsirkan la ilaha illallah dengan makna tiada yang berhak membuat hukum kecuali Allah ta’ala. Penafsiran ini juga rancu karena keyakinan bahwa Allah ta’ala saja yang berhak membuat hukum belum dapat membuat seseorang steril dari kesyirikan.
• la ilaha illallah dipahami mereka dengan menafsirkan bahwa maknanya yaitu tiada yang wujud kecuali Allah. Penafsiran ini tidak hanya rancu,bahkan berpotensi menyesatkan karena maknanya: bahwa segala sesuatu yang wujud tidak lain adalah Allah ta’ala dan pemikiran ini diadopsi dari Ibnu Al-Arabi yang dikafirkan para ulama karena mengang¬gap semua yang dialam ini adalah jelmaan tuhan- Maha suci Allah- dari penafsiran seperti ini.
Syarat la ilaha illallah
Syahadat la ilaha illallah memiliki beberapa syarat yang harus terwujud. Jika kurang satu dari syarat tersebut secara otomatis batallah ucapan tersebut dan tidak bermakna, syarat tersebut:
1. Mengetahui (Al-’Ilm) Maksudnya adalah mengetahui, maknanya dan konsekwesinya.Allah berfirman:
فاعلم أنَّه لا إله إلا الله )محمّد: 19(
, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan (QS. Muhammad : 19)
Allah berfirman:
إلا من شهد بالحقِّ وهم يعلمون } [الزخرف: 86].
Kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran dan mereka mengetahui.(QS. Az-Zukhruf: 86
Bersabda Rasulullah:
من مات وهو يعلم أن لا إله إلا الله دخل الجنة )رواه مسلم(
Barang siapa wafat dan dia mengetahui bahwa tiada ilah yang hak di ibadati kecuali Allah, kecuali akan masuk surga HR.Muslim
2. yakin tanpa ragu-ragu
Setiap orang yang mengikrarkan kalimat ini harus meyakini dengan sepenuh hati, tanpa ada keraguan di dalamnya.Allah berfirman:
إنَّما المؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ثُمَّ لم يرتابوا وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله أولئك هم الصَّادقون )الحجرات: 25(
Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya serta tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan diri-diri mereka di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang jujur.(QS: alhujurat :25)
Rasulullah bersabda:
أشهد أن لا إله إلا الله، وآني رسول الله، لا يلقى الله بهما عبدٌ غير شاك فيهما إلا دخل الجنة )رواه مسلم(.
Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang hak kecuali Allah dan saya adalah utusan Allah, tiada seorangpun hamba bertemu Allah dengan keduanya tanpa ragu-ragu kecuali akan masuk surga. HR. Muslim
Imam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Mufhim ‘ala Shahih Al-Muslim menjelaskan, “Tidak cukup dengan melafalkan syahadatain, akan tetapi harus dengan keyakinan hati.”
3. menerima (Al-Qabuul)
Setiap orang yang mengikrarkan syahadat harus menerima konsekuensi kalimat tersebut dengan hati, lisan dan tindakannya. Seorang yang berikrar syahadat dengan lisannya akan tetapi hatinya menolak kebenaran disebut munafiq I’tiqady.
Allah SWT mengecam kaum yang menolak kalimat tauhid.
إنَّهم كانوا إذا قيل لهم لا إله إلا اللهُ يستكبرُون ) لصافات: 35(
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka “Laa ilaaha illallah” mereka menyombongkan diri. (QS. Ash-Shafat : 35-36)
4. tunduk (Al-Inqiyad)
Ikrar syahadat harus diikuti dengan sikap tunduk terhadap kandungan maknanya dan tidak mengabaikan maksud kalimat syahadat tersebut. Sikap membangkang dan tidak mau tunduk terhadap ketentuan Allah dan rasul-Nya menjadikan ikrar tersebut tidak bermakna. Allah SWT berfirman:
ومن يسلم وجهه إلى الله وهو محسنٌ فقد استمسك بالعُروة الوُثقى )لقمان: 22(
“Siapakah yang lebih baik agamanya dibanding orang yang menyerahkan wajahnya kepada Allah dan dia adalah orang yang mengerjakan kebajikan…” (QS. An-Nisa’ : 125)
Allah berfirman:
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)
. “Maka demi Tuhanmu, pada hakikatnya mereka itu tidak beriman sebelum menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak mendapati sesuatu keberatanpun di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, lalu mereka menerima sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ : 65)
5. jujur (Ash-Shidq)
Setiap orang yang berikrar syahadat harus melakukannya secara jujur, tidak berpura-pura, atau berdusta
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (٨)يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٩)
“Dan diantara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal mereka itu sebenarnya bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal pada hakikatnya mereka hanya menipu diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak sadar” (QS. Al-Baqarah : 8-9)
Rasulullah SAW bersabda, “Tak seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dalam hatinya, kecuali Allah mengharamkannya disentuh api neraka.” (HR. Bukhari)
6. Ikhlas (Al-Ikhlash)
Amal yang ikhlas adalah manakala amal yang dikerjakan hanya dalam rangka mendapatkan ridha Allah SWT, tidak untuk mendapatkan ridha siapapun diantara makhluk-Nya.
Allah SWT berfirman :
وما أُمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ) البينة: 5(
“Mereka itu tidaklah diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama secara lurus…” (QS. Al-Bayyinah : 5)
Rasulullah bersabda:
أسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال لا إله إلا الله خالصاً مخلصاً من قلبه ) رواه البخاري(
Orang yang paling beruntung mendapatkan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengatakan la ilaha illallah dengan ikhlas sepenuh hatinya.HR. Bukhari.
7. Cinta (Al-Hub)
Setiap orang yang bersyahadat harus mencintai kalimatnya, mencintai segala yang menjadi konsekuensinya, sekaligus mencintai orang-orang yang konsekuen dengannya. Orang yang telah mengikrarkan syahadat, ia harus mencintai Allah di atas segala-sagalanya dan mencintai segala sesuatu dalam rangka mencintai Allah SWT.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ (١٦٥)
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah : 165)
Rasulullah bersabda:
ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يلقى في النار » [متفق عليه].
Ada tiga perkara yang terdapat dalam diri seseorang kecuali dia akan merasakan manisnya iman: apabila Allah dan RasulNya lebih dia cintai dari selain keduanya, dan ketika dia mampu mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan ketika dia membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana takutnya seandaikan dirinya dicampakkan ke neraka. HR. Muttafaq ‘alaihi.
Makna Syahadat Muhammad Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam
Tidak sempurna syahadat seseorang mengikrarkan kalimat la ilaha illallah semata jika tidak di ikuti dengan syahadat Muhammad Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam. siapapun yang tidak mengakui kerasulan Muhammad -sholallahu alaihi wa sallam- berarti telah mendustakan Allah yang telah mengutusnya.
Makna syahadat Muhammad Rasulullah yaitu:
• mengakui lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada seluruh manusia
• membenarkan apa yang diberitakan¬nya
• melaksanakan apa-apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya
• Tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyariatkanNya.
Rukun syahadat Muhammad Rasulullah
Rukun syahadat kedua ini :
1. Meyakini bahwa beliau adalah Hamba Allah.
Dengan meyakini bahwa beliau adalah hamba, dapat diketahui kesalahan orang-orang yang terlampau berlebihan menyanjung, memuja bahkan memberikan sebagian sifat ketuhanan kepada Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam, padahal Allah memerintahkan Nabi menyampaikan kepada Manusia :
قُل إِنَّما أَنا۠ بَشَرٌ مِثلُكُم
” Katakanlah : Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu” (Q.S.Al-Kahfi 110).
Alangkah sesatnya orang-orang yang meminta bantuan, berdoa, beristighatsah, memohon lindungan dari mara bahaya kepada beliau Sholallahu alaihi wa sallam.
2. meyakini Beliau adalah utusan Allah.
Dengan meyakini beliau adalah seorang utusan Allah, dapat diketahui kesalahan orang-orang yang ter lalu merendahkan beliau, melecehkan hukum nya, bahkan meng¬gangap beliau tak ubahnya sebagaimana manusia lainnya yang bisa saja salah, keliru, bahkan tersesat. Allah berfirman:
قُل إِنَّما أَنا۠ بَشَرٌ مِثلُكُم يوحىٰ إِلَىَّ أَنَّما إِلٰهُكُم إِلٰهٌ وٰحِدٌ
” Katakanlah: Sesungguh nya aku ini manusia biasa seperti kamu yang telah diwahyukan padaku bahwasanya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. (Q.S.Al-Kahfi 110).
Artinya walaupun beliau manusia memiliki sifat kemanusiaan seperti: bersedih, makan, minum,…dst namun beliau membawa risalah Ilahi yang tidak dimiliki manusia lainnya. Karena itu apapun yang beliau sampaikan adalah wahyu yang harus dibenarkan dan diterima. Hukum, keputusan, petunjuk, akidah, ibadah maupun cara bermuamalah beliau adalah contoh suri tauladan yang harus dipanuti.
Adapun syarat dan konsekwensi meng ikrarkan ucapan Muham mad Rasulullah, terang kum dalam poin-poin berikut ini:
1. Meng akui dan membenarkan kerasulan nya dalam hati.
2. Meng ikrarkan kesaksian tersebut dengan lisan
3. Mengikuti petunjuk beliau, dalam mengamalkan perintah maupun menjauhi larangan.
4. Membenarkan apa yang diberitakan baik yang berkaitan dengan perkara ghaib yang telah berlalu maupun yang akan datang.
5. Mencintai beliau lebih daripada mencintai diri sendiri, harta, orang tua, anak, dan seluruh manusia.
6. Mendahulukan perkataan beliau dari pada perkataan siapapun dan mengamalkan sunnahnya.
Benarkah anda mencintai Allah?
Banyak orang yang meng aku cinta kepada Nabi Sholallahu alaihi wa sallam , mengaku sebagai pengikut setianya, tetapi enggan mengikutinya sebagaimana ungkapan penyair Arab : ”Setiap orang mengaku punya pacarnya Laila, sayang Laila tidak pernah mem benarkan pengakuan mereka”.
Allah telah menurunkan satu ayat menjadi neraca timbangan benar tidaknya dakwaan orang-orang yang mengaku mencintai Allah ta’ala. Allah berfirman :
قُل إِن كُنتُم تُحِبّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعونى يُحبِبكُمُ اللَّهُ وَيَغفِر لَكُم ذُنوبَكُم ۗ وَاللَّهُ غَفورٌ رَحيمٌ
” Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S.Al-Imran:31).
Kebenaran dakwa cinta akan ter bukti jika seseorang benar-benar menjadikan Rasulullah -sholallahu alaihi wa sallam- seba¬gai panutan nya dalam segala sisi, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, siyasah maupun akhlaknya.
Pembatal syahadat
Syahadat seseorang dapat batal dan gugur secara global dengan dua hal:
Pertama: meninggalkan kewajiban
Adapun kewajiban dalam Islam,dibagi menjadi tiga bagian; kewajiban dalam hal itikad, kewajiban dalam ucapan dan perbuatan.
Seseorang akan keluar dari Islam dengan meninggalkan apa-apa yang wajib dia imani dan yakini, seperti mengingkari rukun Iman dan Islam, mengingkari apa yang wajib dia imani dalam perkara ghaib, seperti mengingkari adanya jin, iblis, syurga, neraka…dst.
Adapun dalam perkara ucapan, seseorang akan dihukumi kafir selama dia meninggalkan kewajiban mengikrarkan syahadat, walaupun dia meyakini kebenaran Islam dan membelanya, sebagaimana yang terjadi dengan Abu Talib –paman Nabi-.
Adapun dalam perkara perbuatan, para ulama berselisih pendapat tentang kafir tidaknya orang yang meninggalkan kewajiban sholat, zakat, puasa dan haji. Namun perselisihan yang paling sengit terjadi dalam menghukumi orang-orang yang meninggalkan sholat lima waktu.
Kedua: mengerjakan larangan
Larangan dalam Islam ada yang berbentu ucapan dan ada pula berbentuk perbuatan.
Dalam hal ucapan seseorang akan keluar dari Islam apabila mengucapkan kata-kata penghinaan terhadap Allah dan Rasulnya, terhadap Quran dan Sunnah Nabinya,dan ucapan-ucapan kekufuran lainnya, seperti ucapan yang mengingkari Rububiyah dan Uluhiyyah Allah-subhanahahu wa ta ala-maupun Asma dan sifatnya.
Dalam hal perbuatan seseorang akan keluar dari Islam jika melakukan tindakan-tindakan yang meruntuhkan akar tauhid, seperti menginjak Alquran, melakukan perbuatan-perbuatan syirik besar, seperti berdoa kepada selain Allah, Menyembelih untuk jin…dst.
Sepuluh pembatal keislaman
Ada sepuluh pembatal keislaman yang banyak terjadi ditengah-tengah ummat ini, yaitu:
1. Melakukan kesyirikan , Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang menyekutukannya dan akan mengampuni selain itu terhadap orang yang Dia kehendaki. QS; AN-Nisa : 106
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya siap yang menyekutukan Allah, maka Allah haramkan baginya surga dan tempatnya adalah neraka, dan tidak akan ada penolong baginya. QS: Al-Maidah: 72
2. Menjadikan antara dirinya dan Allah perantara-perantara yang dipuja ,dijadikan tujuan dalam berdoa, diharapkan syafaatnya.
3. Orang yang tidak mengkafirkan orang kafir, atau ragu atas kekafiran mereka apalagi membenarkan agama mereka.
4. Meyakini adanya undang-undang, ataupun hukum yang lebih sempurna dari apa yang dibawa Nabi,atau undang-undang buatan manusia lebih baik dari apa syariat Nabi.
5. Membenci apapun yang dibawa Nabi dalam bentuk syariat Islam, sekalipun dia tetap melakukannya. Allah berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
Yang demikian itu disebabkan mereka membenci apa yang diturunkan Allah, maka Allah menggugurkan segala amalan mereka. QS: Muhammad: 9.
6. Melecehkan apa yang diberitakan Nabi, baik berupa ganjaran tertentu ataupun hukuman tertentu.Allah berfirman:
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Katakan, apakah dengan ayat Allah dan RasulNya kalian memperolok-olok? Jangan cari alasan,sebab kalian telah kafir setelah kalian beriman.QS. At-Taubah:65-66.
7. Melakukan sihir apapun jenisnya.
8. Menjadi pembela dan pembantu kaum musyrikin dalam menghadapi kaum muslimin, sebagaimana Allah berfirman:
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai wali-wali,maka akan digolongkan menjadi bagian mereka,sesungguhnya Allah tidak akan menunjuki orang-orang yang zalim.QS. Al-Maidah:51
9. Keyakinan bahwa bisa jadi sesorang yang mengaku beragama Islam tetapi keluar dari syariat Muhammad, sebagaimana Nabi Khidir yang tidak mengikuti syariat Musa. Allah berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa yang mencari agama selain Islam, tidak akan diterima darinya dan dia diakhirat akan menjadi orang-orang yang merugi. QS.Al-imran: 85.
10. Menjauhi agama Allah , tidak mau mempelajarinya dan enggan mengamalkannya.Allah berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
Barang siapa yang diingatkan dengan ayat-ayat Rab nya kemudian berpaling darinya sesungguhnya kami akan mengazab orang –orang yang berdosa. QS. As-Sajdah: 22.
Defenisi syirik
Syirik adalah menyerupakan dan menyekutukan Allah dengan makhluknya dalam perkara yang spesial milik Allah semata.
Kesyirikan ini dapat terjadi dalam hal Rububiyyah ketika seseorang meyakini adanya makhluk lain yang menjadi sekutu bagi Allah dalam mencipta, mengatur alam semesta, memberi rezeki…dst.
Kesyirikan juga dapat terjadi tatkala sesorang mempersembahkan segala bentuk ibadah yang mutlak milik Allah kepada selainNya, seperti berdoa kepada selainNya, menyembelih untuk selainNya…dst.
Kesyirikan dalam hal asma wa sifat terjadi tatkala seseorang mendustakan nama-nama Allah dan sifatnyam atau menyerupan sifat-sifatnya dengan sifat makhluknya.
Pembagian syirik dari tinjauan berat ringannya
Dari tinjaun jenisnya, syirik dapat dibagi menjadi dua bagian:Pertama: syrik besar yang membuat pelakunya keluar dari Islam, yaitu segala perkara- yang dihukumi Agama pelakunya menjadi musyrik. Kedua syrik kecil yang tidak membuat pelakunya keluar dari Islam dengan melakukan amalan-amalan yang dihukumi agama dengan syirik kecil, seperti riya,bersumpah dengan selain Allah…dst.
Perbedaan syirik besar dan syirik kecil
• syirik besar mengeluarkan pelakunya dari Islam, sementara syirik kecil tidak demikian.
• Syirik besar membuat pelakunya kekal di neraka, syirik kecil tidak.
• Syirik besar menggugurkan semua amal ibadah,syrik kecil tidak.
• Syrik kecil membuat pelakunya layak diperangi penguasa,menghalalkan darah dan harta mereka.
Penutup
Semoga pembahasan ringkas materi daurah tauhid ini bermanfaat untuk para pelajar pemula dalam memahami tauhid dan syirik,makna dua kalimat syahdat, rukun, syarat dan konsekwesinya, memahamai apa-apa saja yang dapat membatalkan syadahat mereka, dan membuat kita dan mereka dapat istiqomah di atas akidah Islam hingga berjumpa Allah-Rabbul alamin-semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah atas nabi kita Muhammad dan para sahabatnya, para tabi in dan orang yang mengikuti mereka hingaa hari kemudian.
Abu Fairuz, Ahmad Ridwan Muhammad Yunus
Tokyo, Asakusa 28 Shafar 1435 Hijriyah /1 januari 2014 masehi
Pingback: Akidah Muslim – Darul Ilmu