Memerangi teroris tak cukup hanya dengan menghabisi pelaku teror, menembak mati dan menyeretnya ke tiang gantungan ataupun menghabisinya di hadapan regu tembak.
Memerangi mereka secara fisik bagaikan memotong cabang dan ranting satu pohon agar tak tumbuh, namun potongan tersebut hanya akan menambah ranting dan cabang-cabang baru. Lebih dari itu tiap potongan akan membuat tumbuh dan mekarnya daun dan bunga-bunga baru.
Jika kau ingin menghabisi pohon,cara yang paling efektif adalah dengan membasmi akarnya, merusak dan membusukkan serat-serat yang menempel pada akar.
Ketika akar membusuk atau dibongkar seluruhnya, niscaya tak perlu sibuk untuk menghentikan pertumbuhan cabang,ranting, daun dan tunas baru.
Akar pemahaman teroris dan radikalisme berpangkal dari keyakinan yang menghujam di hati, yang tak dapat dicabut dengan pedang, senapang mesin maupun dinamit.
Syubuhat yang mengakar itu hanya kan dapat dicabut dengan ilmu dan hujjah dari para alim ulama Rabbani, ini adalah lahan jihad mereka melawan para khawarij berbaju teroris.
Tanpa melibatkan mereka sulit rasanya mencapai hasil yang maksimal untuk mebendung kuatnya arus pemikiran terlaknat ini.
Tidakkah kau lihat bagaimana Abdullah Ibnu Abbas dapat mematahkan syubuhat kaum khawarij yang berjumlah antara 12-20 ribu personil..?
Dengan dialoq yang rasional bertumpu di atas dalil,membuat sebagian besar mereka kembali ke pangkuan Islam. Antara 6 hingga 12 ribu orang dari mereka kembali disebabkan dialog yang tak sampai memakan waktu lebih dari setengah jam itu.
Selepas diskusi dengan mereka barulah Imam Ali memerangi mereka yang membandel dalam peperangan dahsyat yang menghabisi sebagian besar mereka.
Kaum khawarij terdesak hingga bersembunyi di perkampungan Harurah yang kelan menjadi nisbat bagi mereka dan dengannya mereka dijuluki” Haruriyyun”.
Kita sepakat wajib memerangi teroris bersama,namun hanya mengandalkan kekuatan aparat dan petugas keamanan belaka dan mengenyampingkan peran ulama rabbani yang diutus untuk berdialog dengan mereka di penjara-penjara tahanan politik akan membuat tidak maksimalnya jihad tersebut.
Semboyan mereka “patah tumbuh silih berganti” hari ini satu dua keluarga dihabisi, lusa kan muncul belasan, ribuan bahkan mungkin ratusan ribu keluarga-keluarga baru dengan amunisi baru yang siap menjadi detonator pemicu gerakan bom bunuh diri di berbagai tempat.
Jika hari ini sasarannya masih dominan ditujukan pada aparat keamaanan, tak mustahil teror itu kan merebak pada masyarakat sipil yang tak berdosa.
Apa yang mereka anggap “syuhada” terbunuh oleh aparat kita, tidak akan membuat mereka diam, bahkan akan menambah militan dan semangat mereka membalas dendam.
Lihatlah dendam bergejolak dari para keluarga khawarij yang terbunuh di peperangan Nahwrawan membuat mereka nekat menghabisi Amirul mulminin – Ali bin Abi Thalib – tatkala keluar hendak melaksanakan sholat Subuh.
Semoga pemerintah dapat selalu bergandengan tangan dengan para ulama Rabbani dalam memerangi terorisme.
Kita sangat mengapresiasi keberhasilan pemerintah Saudi dalam memerangi teroris dengan mengutus para ulama ke tahanan-tahanan politik untuk berdialoq dan berusaha membongkar dan menghabisi syubhat-syubhat faham radikal ini. Semoga langkah-langkah baik ini dapat diikuti dan dilakukan pemerintah kita dengan maksimal.
Akhirnya semoga Allah selalu menjaga keutuhan negeri ini dari segala macam kejelekan dan kerusakan segala pemikiran dan tindakan yang merusak.
Wallahu a’lam…
Dari Mina menuju Arafat
Jamaah berangkat berjalan kaki
Bilang tuan ingin selamat
Jangan ikut kelompok takfiri
Berlari menuju ke bukit Marwah
Setelah berdoa di bukit Shofa
Hancur bangsa dipecah belah
Oleh khawarij anjing neraka
Negeri Mekah jadi impian
Setiap muslim diseluruh dunia
Bila jahil jadi panduan
Bunuh diri berharap surga
Dalam thawaf berdoa tak jemu
Air mata jatuh ke tanah
Wahai rakyat mari bersatu
Perangi generasi zul khuwaisirah
——–
Jumat nan berkah,
Masjidil Haram, 02 Ramadhan 1439/18 Mei 2018
Abu Fairuz My