Kehidupan di dunia ini penuh dengan lika-liku dan pernak-pernik yang tak selalu indah dan akan menjadi indah bilamana disikapi dengan hati yang lapang.
Anak yg terkadang menyebalkan, istri yang rewel, suami yang kurang tanggap, mertua yang tak bersahabat, patner bisnis berkhianat, tetangga yang usil, kawan kerja pemalas…dst, kan membuat kemarahan memuncak, stress, luka dan duka mendalam di hati, bilamana tak dihadapi dengan kesabaran yang tak berbatas.
Mudah memaafkan ketergelinciran orang lain, adalah seni hidup yang akan membuat hatimu menjadi bahagia, lapang dada dan suka cita.
Manakala setiap kesalahan dan kekeliruan orang tak bisa kau terima dan maafkan, pastikan hatimu kan hancur lebur, remuk-rendam dalam kegalauan yang tak berkeputusan.
Manalah ada manusia yang sempurna selamat dari kesalahan dan kekhilapan. Manakala hati kau selalu sibukkan untuk terus mengingat kesalahan orang padamu niscaya kan membuatmu letih.
Orang cerdas adalah orang yang tidak gampang baper menghadapi perkara remeh temeh yang seharusnya tidak terlalu dipikirkan dan dimasukkan ke dalam arsip hatimu, untuk menjaga agar qalbumu tetap lapang tidak sempit dan sumpek.
Orang bijak tak kan mau berkutat, memusingkan diri dengan keteledoran anak istrinya, keluarga maupun tetangganya, karena akan merubah kegembiraan harinya menjadi hari yang penuh dula dan luka.
Berkata Imam Ahmad Bin Hambal yang maknanya lebih kurang : ”9/10 dari perangai mulia adalah tidak mengambil pusing segala yang remeh temeh”
Seni kehidupan itu adalah mampu memaafkan orang yang bersalah padamu, membalas keburukannya dengan kebaikan, menukar kebencian dan dendam kesumat padanya dengan ampunan, meski ia adalah perkara yang tak ringan.
Kita memang harus lebih banyak bercermin dari teladan para Nabi dan orang-orang soleh. Bagaimana mereka mampu membahagiakan hati mereka dengan memaafkan orang-orang yang jahat dan buruk sikap terhadap mereka.
Lihat betapa jahat dan zalimnya saudara-sauda Nabi Yusuf yang membuangnya dalam sumur yang dalam, hanya karena cemburu. Membuat Yusuf kecil dijauhkan dari keluarga, diperjualbelikan sebagai hamba sahaya, difitnah wanita dan masuk penjara bertahun-tahun.
Lihat pula apa balasan Yusuf terhadap mereka tatkala ia berada di puncak kekuasaan. ”Tidak ada balas dendam terhadap kalian pada hari ini, semoga Allah memaafkan kalian”.
Belajar dari Baginda Nabi Muhammad yang didustakan kaumnya, diembargo, diusir dari kampung halamannya, bahkan hampir terbunuh…
Tatkala beliau masuk ke Kota Mekah sebagai penakluk, dan tatkala Quraisy menjadi makhluk yang hina dina menunggu keputusan Muhammad untuk mereka. Di hadapan ribuan Kafir Quraisy ia berpidato: ”hari ini aku akan berkata kepada kalian sebagaimana Yusif berkata kepada saudara-saudaranya yang zalim” tidak ada balas dendam di hari ini, semoga Allah memaafkan kalian, pergilah kalian kemanapun kalian mau sungguh seluruh kalian telah kubebaskan”.
Betapa kejahatan gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, pembuat onar dan makar, penyebar fitnah dan pengadu domba, namun tatkala mati Nabi tetap menyolatkan jenazahnya. Umar sempat sewot dan menarik baginda Nabi sambil berkata: ”bagaimana anda sholatkan ia padahal ia orang munafiq?” Nabi menjawab:” aku disuruh Allah pilih antara menyolatkan ataupun tidak menyolatkannya, demi Allah bila kutau Allah akan mengampuninya manakala aku berdoa untuknya lebih banyak dari tujuh puluh kali, niscaya kan aku lakukan”.
Allahu akbar, sungguh betapa besar dan mulia nya jiwa-jiwa orang yang mampu memaafkan musuhnya manakala ia sanggup menghabisinya dan melampiaskan amarahnya.
Wallahul musta’an.
——————————————-
Tanjung Pinang, 6 Safar 1441/ 5 Okt 2019
Abu Fairuz my