Di Dunia Ini Ada Syurga

Orang sengsara adalah orang yang tak pernah menikmati syurga dunia. Di dunia ini ada syurga, bagi sesiapa yang tak pernah masuk menikmatinya takkan pernah masuk menikmati syurga akhirat.

Begitulah kira-kira ungkapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah sebagaimana dinukil sang murid Ibnul Qayyim.

Sekalipun dalam penjara Qal’ah yg terkenal sadis di negeri Damaskus, ia menyatakan betapa besar rahmat Allah atasnya yang tak dapat ditukar dengan dunia seisinya.

Dari balik jeruji besi ia tersenyum menatap aparat yang memenjarakannya sembari berkata: “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku padaku, surgaku ada dalam hatiku, ia bersamaku kemana saja ku pergi, sekiranya mereka membunuhku ku harap mati dalam keadaan syahid, bila mereka memenjarakanku itulah waktu berkhulwat dengan Tuhanku, bila mereka mengasingkanku maka itulah siyahah berpelesir di jalan Tuhanku”.

Kemudian beliau membaca ayat dalam surat Alhadid:
فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن قِبَلِهِ الْعَذَابُ [الحديد : 13]
“Maka dipisahkan antara mereka dengan pagar berpintu, bagian dalamnya ada rahmat sementara sisi luarnya penuh azab”.

Surga yang dimaksud adalah surga hidup dibawah naungan iman, dalam kenikmatan samudera cinta Arrahman, berkayuh dengan bahtera kerinduan pada-Nya, dalam sepoi angin yang menggiring layar makrifatullah kepada jalan Ridho-Nya.

Surga itu adalah perasaan indah merasakan manisnya buah iman dan taat, meski tak berhias mahkota dan gelimang harta, tak berjabatan dan bernasab mulia.

Surga itu kan membuat kau tenang ketika orang gelisah, membuat kau tentram ketika dunia gundah, senyap berkhulwat dengan Nya dalam keramaian, tak merasa sepi bersama-Nya meski dalam pengasingan.

Bila tangisan makhluk tertumpah dalam ratapan dunia yang tak terwujud, ambisi pangkat dan jabatan yang terluput, maka tangisannya tertumpah di atas sajadah-sajadah cinta dan mihrab-mihrab rindu pada Allah sang kekasih.

Duhai Tuhan, betapa kerinduan mencapai maqam itu terkadang menyesakkan dada, menyempitkan qalbu ini. Sampaikan kami yang naif ini pada jenjang itu.

Mekah 7 Jumadal Akhir 1441/ 1 Feb 2020

Abu Fairuz