Hidup Tak Selalu Sesuai Apa yang Kau Bayangkan

Kenikmatan hidup itu kan berarti manakala dirimu pernah merasa susah, tak nyaman, menderita dan sengsara. Tampa derita bagaimana kau rasakan suka cita, tanpa didera sakit bagaimana kau tahu nikmatnya sehat, tanpa bokek, uang tak ada di saku, bagaimana kau tau nikmatnya punya uang.

Hidup ini antara bahagia dan derita, antara tangisan dan derai tawa, antara susah dan senang, antara bahagia dan kecewa.

Apa yang kau harap tak selalu selaras dengan realita hidup. Biarpun engkau tajir bejibun uang, bisa membeli kasur yang empuk dan mahal, namun dirimu tak mampu membeli nikmatnya tidur.

Tidak sedikit para cukong, konglomerat merana tak bisa tidur, membuat sebagian mereka nekat minum pil tidur dulu agar dapat pulas.

Bila bahagia itu berbentuk jabatan dan harta, mengapa jeruji besi KPK dipenuhi dengan para pejabat korup bergaji besar, tunjangan yang fantastis.

Katakan padaku adakah manusia bergelimang harta dan tahta yang tak tersentuh penyakit, terkena diare, disentri, batuk, demam dan meriang? .

Mudik hari ini menjadi ibrah bagiku, betapa segelintir orang-orang berpunya dengan mobil mewah dan bekal harta, namun tak kuasa mendapatkan hak istimewa, dipaksa keadaan berdesak-desakan dalam kapal Roro bersama orang biasa, bukan karena tak ada uang, tapi tak ada fasilitas yang dapat disewa.

Mudik dengan kapal sarat penumpang menampakkan banyak perangai manusia yang egois, mau menang sendiri, tak perduli sesama, tak mau berbagi -kecuali yang rahmati Allah dan mereka sedikit-namun masih ada insya Allah.

Roda kehidupan kan selau berputar, mengangkat sebagian orang bawahan menjadi petinggi-petinggi negeri, kemudian setelah sekian lama di atas, roda itu kan menggilas dan menjatuhkan setiap orang yang di atas.

Orang mukmin tau segala yang didunia ini tak berketetapan, segalanya kan berubah. Negeri akhirat saja yang berketetapan. Karena itu Ia kan senantiasa berusaha menjadi Hamba Allah dalam segala keadaan dan kondisi, baik dalam suka dan duka.

Ketika kesenangan hidup datang menghampiri ia kan menjadi “abdan syakura” (hamba yang tau bersyukur), sementara ketika kesusahan datang melanda ia siap juga menjadi “abdan shabura” (hamba yang pandai bersabar).

ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sungguh dalam hal demikian terdapat tanda-tanda bagi setiap hamba yang pandai bersabar dan bersyukur” QS: Saba’: 19”.

Setelah badai, laut kan tenang, selepas hujan pelangi kan datang, setelah kesusahan kesenangan kan menggantikan.

Batam-Sei Selari, 3 Syawwal 1444/24 April 2023

Abu Fairuz Ahmad Ridwan