
Tgl 21 Maret pukul 10.30 pagi burung besi kami Saudia mendaratkan roda-roda kokohnya di Bandara Istanbul setelah empat jam terbang mengudara dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah Saudi Arabia.
Setelah kemas-kemas barang ke mobil travel kami dengan rombongan bertolak menuju situs Hagia Sophia, yang merupakan bangunan penting zaman kerajaan Byzantium dan salah satu monumen besar dunia yang terletak di Istanbul.
SEJARAH HAGIA SOPHIA
Hagia Sophia dibangun sebagai gereja Kristen pada abad ke-6 M (532–537) di bawah arahan kaisar Byzantium, Justinian I, kemudian beralih fungsi menjadi Gereja Katolik pada abad ke-13. Bangunan itu kemudian diubah menjadi masjid oleh penakluk Muslim di Istanbul (saat itu Konstantinopel), Sultan MUHAMMAD ALFATIH II, pada tahun 1453.
Pada masa KEMAL ATATURK berhasil merubah Turki dari Kekhalifahan menjadi Negara Sekuler berdaulat di tahun 1923, Hagia shofiya diubah menjadi museum, bangunan bersejarah itu kembali menuai kontroversi besar baru-baru ini. Kontroversi tersebut muncul karena ia diubah kembali menjadi Masjid oleh Presiden Erdogan di tahun 2020, dengan tegas menyatakan bahwa ini adalah masalah internal Turki yang tidak bisa menerima campur tangan otoritas manapun.
Pernyataan pihak Unesco yang menolak kebijakan itu didukung dengan fakta bahwa bangunan indah itu telah terdaftar sebagai situs warisan dunia di bawah perlindungan UNESCO sejak 1985.
Apapun ceritanya, kini Hagia Sofhiya telah dimanfaatkan utuk sholat lima waktu, meski jujur kukatakan, betapa tidak nyamannya orang-orang yang sholat di tempat itu, melihat masjid eks museum itu dipenuhi dengan para turis manca negara yang masuk ke dalamnya berbondong-bondong membuat hingar bingar suasana sholat, dengan pakaian para turis yang tidak sempurna menutup aurat, meski mereka diwajibkan menutup kepala mereka ala kadarnya.
Yang lebih tidak nyaman lagi adalah masih menempel di atas dinding pintu masuk ke masjid itu, simbol simbol salib, dan tepat di atas pintu masuknya ada gambar lukisan manusia terpampang besar dengan latar belakang salib, wallahu a’lam gambar siapakah itu yang mereka lukiskan.
Tepat di dalam masjidnya, di atas kubah dan di antara tulisan besar Allah dan Muhammad ada pula gambar makhluk yang membentuk salib pula, allahul musta’an.
Dalam hati aku sungguh bertanya heran, mengapa otoritas Turki yang Mayoritas kaum muslimin dan telah menjadikan museum itu masjid, tak berani meghapus atribut-atribut kufur tersebut, apakah karena dibawah tekanan kaum liberal yang begitu kuat, ataukah untuk mencari ridho kaum kafirin, agar tetap ramai menjadikannya destinasi wisata dunia untuk menghasilkan devisa negara, wallahu a’lam.
Bersambung….
ISTANBUL, 30 Sya’ban 1444/ 22 Maret 2023
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My