
Kemanapun kita berjalan kelak pasti kan kembali. Sejauh apa kita berlari kelak kan berhenti. Sebanyak apa kita berjumpa dengan manusia kelak kan berpisah.
Datang dan pergi, berjumpa dan berpisah, cinta dan benci, tertawa dan menangis, bahagia dan derita, semuanya adalah ritme kehidupan dunia yang fana dan semu. Dibalik itu semua ada kehidupan yang abadi nan kekal, yang ujungnya
Allah jua tempat kembali.
Dulu ada Firaun dan kebesarannya, Qarun dan kekayaannya, Tsamud dan benteng-benteng kokohnya, Ad dan kekayaan Alamnya, Kaum Nuh dan umur panjangnya…, kini semua tinggal sejarah yang diabadikan dalam kitab-kitab suci.
Hari ini setiap orang menoreh sejarah, membuat peradaban, membangun gedung dan istana, mengumpul kekayaan dan kuasa, memperbanyak pengaruh dan pengikut, esok lusa semuanya tinggal kenangan indah ataupun mimpi buruk yang telah berakhir.
Dari Singkil ke Sama Dua
Bawa lalapan buah kecipir
Lalu lalang melintas dunia
Akhirat juga tempat terakhir
“ Dan kepada Tuhanmu kesudahan segala sesuatu kembali. Dialah yang membuat orang tertawa dan Dia pula yang mambuat menangis. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dialah yang menciptakan pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan. Dialah yang menetapkan (kebangkitan sesudah mati). Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan. Dialah Tuhan pemilik bintang syi’ra. Dialah yang telah membinasakan kaum ‘Aad yang pertama, dan kaum Tsamud maka tidak seorangpun yang ditinggalkan-Nya (hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka. Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah. Qs: An-Najm 42-53”
Sabang, 14 Syawwal 1444/5 Mei 2023
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My