Apakah Anda Selfitis (Gila Selfie)?

Selfitis adalah istilah untuk menggambarkan perilaku seseorang yang kecanduan foto selfie dan mengunggah ke akun media sosialnya. Kondisi ini bukan termasuk gangguan mental, melainkan bentuk perilaku narsisme yang bisa berkembang menjadi penyakit mental jika tidak disikapi dengan baik.

Perilaku berfoto selfie sudah termasuk dalam selfitis jika menunjukkan tanda-tanda berikut:

1. Sebagian besar foto di media sosialnya merupakan hasil swafoto.
2. Sering terpikir untuk berfoto selfie hingga mengganggu aktivitas sehari-hari
3. Merasa cemas jika tidak mengunggah foto selfie.
4. Rela melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan foto diri sendiri yang menarik, misalnya mengubah bentuk wajah.

Ada banyak alasan yang membuat seseorang berfoto selfie dan mengunggahnya di media sosial di luar batas wajar, antara lain:

1. Mencari perhatian dan validasi dari orang lain
2. Keinginan untuk mendapatkan like atau comment dari orang lain.
3. Meningkatkan suasana hati.
4. Meningkatkan rasa percaya diri
5. Meningkatkan status sosial
6. Perilaku meniru tren atau bandwagon effect.
7. Sebagai wadah untuk mengekspresikan diri.
8. Sebagai memori yang bisa dikenang.
(https://www.alodokter.com/selfitis-perilaku-kecanduan…)

BAHAYA KERANJINGAN SELFIE

Orang mukmin senantiasa berharap ridho Allah dengan segala aktifitasnya, karena itulah ia tidak begitu peduli dengan pujian manusia padanya. Selama Allah ridho sudah cukup baginya, meski apa yang dia lakukan tak diketahui orang, tak menuai pujian dan decak kagum.

Adapun selfitis biasanya, berharap pujian manusia, sanjungan dan dukungan, maka manakala apa yang dia lakulan itu amalan akhirat, akan begitu rentan dengan riya dan ujub, dan sangat berpotensi menggugurkan amalannya.

Banyak selfie hanyalah mendatangkan satu dari dua hal, pertama pujian dan sanjungan yang berpotensi membuatmu ujub dan karenanya kau akan binasa, atau yang kedua, celaan dan hinaan yang membuat kau menderita.

Cukuplah penderitaanmu bilamana selfie mu tak diberikan ancungan jempol follower namun sebaliknya mendapatkan jempol yang terbalik.

Cukuplah rasanya musibah mu bila ternyata selfiemu mendatangkan penyakit ain (bencana pada diri dan harta yang disebabkan pandangam mata) dari para heaters mu yang hasad dan tak senang dengan dirimu.

Tak sedikit orang menderita penyakit yang tak jelas sebabnya, dan tak ada terapi medisnya, pada tubuhnya yang kian kurus dan melemah, kondisi kejiwaan yang parah, setelah dirinya selalu tampil di dunia maya dan jejaring sosial.

Kawan, budaya selfie itu hanyalah budaya ahli dunia yang kurang yakin dengan akhirat, budaya orang yang lemah hati dan tak punya kepribadian kuat hingga ingin mendapatkan pujian.

Jangan kau kira, budaya selfie menunjukkan adegan kemesraan pasangan di jejaring sosial itu jaminan bahagia membersamai mereka, bahkan mungkin jadi sebaliknya, penderitaan antara keduanya karena hubungan yang tak mesra sebab nongolnya adegan kemesraan itu sebagai topeng belaka menutup celaan.

Kawan, Uwais Alqarni itu kata Nabi adalah sebaik-baik tabiin, meski sosoknya hanya dikenal segelintir orang.

Dia punya potensi besar untuk tenar karena rekomendasi Rasulullah dan Khalifah Umar, namun ia tak butuh itu semua. Ucapan monumentalnya yang layak di tulis tinta emas manakala Umar ingin menuliskan sepucuk surat kepada Gubernur Kufah untuk memberikan keistimewaan dan perhatian khusus padanya dia sambut dengan ucapan: ”di tengah-tengah manusia tanpa diketahui keberadaanku lebih kucintai ya Amirul mukminin daripada jadi orang terkenal”.

Alagkah banyaknya orang terkenal di bumi di tengah-tengah manusia, namun asing tak dikenal di langit. Fallahul musta’an.

Tengah laut, 15 Sya’ban 1445/ 25 Feb 2024

Abu Fairuz Ahmad Ridwan My