Perjalan Ke Madinah (Bagian 11)

Jam 05.00 dinihari berakhirlah perjalan panjangku dari Al-Mukalla Yaman menuju Mekkah selama kurang lebih 24 x2 jam alias dua hari dua malam.

Sungguh perjalanan yang melelahkan, namun aku menikmatinya, dan insyallah akan menjadi kenangan indah kelak untuk di ingat.

Turun dari bus aku langsung disapa supir taxi yang siap mengantarku ke terminal kereta Rushaifah di kota Mekah untuk bertolak menuju kota Madinah.

NAIK KERETA CEPAT

Dahulu sebelum ada kereta cepat ini perjalan Mekah menuji Madinah memakan waktu antara 5-6 jam dengam kecepata rata-rata antara 100-120 km per jam, dengan istirahat makan dan sholat.

Sejak adanya kereta api cepat ini, Allah mudahkan berangkat ke Madinah hanya dengan dua jam saja. Perjalan Mekah Madinah yang jaraknya lebih kurang 500 mil cukup ditempuh dengan dua jam, dengan kecepatan rata-rata 295 km perjam. Itupun ditambah singgah dulu ke Jeddah.

Naik kereta cepat ini mengingatkanku dengan awal perjalananku dulu ke negeri Sakura-Jepang dari Sendai menuju kota Tokyo yang bila naik kereta biasa akan menempuh perjalan seharian penuh, maka dengan kereta cepat Shinkansen (kereta api peluru) ini hanya menempuh dua jam-an saja.

Kabarnya kereta api ini menggunakan sistem tolak menolak magnet di rodanya dengan rel hingga seolah-olah dia terbang melayang tak berjejak. Karena itulah tidak terdengar berisiknya suara roda kereta sebagaimana pada kereta konvensional.

Kubuka kaca jendela yang subhanallah betapa sulitnya fokus pada satu titik pandang karena ia akan segera hilang dari pandangan matamu. Kau bayangkan kecepatan 300-400 km per-jam, naik Ferrary…sungguh luar biasa.

Perjalanan naik kreta cepat adalah perjalanan yang sangat menyenangkan selain hemat waktu dan tiketnya juga tak begitu mahal masih bisa dibeli pakai kocek. Hanya 80’an riyal saja atau dengan Rupiah sekitar 350 ribuan saja.

Datang ke kota Madinah mengingatkanku program belajar alternatif bagi para pelajar yang belum tembus masuk UIM ataupun universitas lainnya di Saudi, tapi punya niat dan minat untuk belajar di Mekah atau Madinah. Jalur alternatif itu disebut dengan belajar di Ma’had ataupun Kulliayatul Haram. Tempat anakku Zubair belajar. Bila Irbad dkk nya sudah goal masuk UIM , Zubair masih menunggu dan semoga dengan taufiq Allah serta doa kawan-kawan pembaca dia akan masuk juga suatu saat.

APA ITU MA’HAD/KULLIYATUL HARAM

Mahad/kulliyatul haram adalah program belajar yang disediakan pemerintah Saudi bagi yang mukimin/ yang tinggal di Mekah maupun Madinah dengan menggunakan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebagai ganti kelas-kelas seperti di sekolah-sekolah yang formal.

Di sekolah ini ada jenjang, SD-madrasah ibtidaiyyah- selama 6 tahun, SMP- madrasah mutawassitah- selama 3 tahun, SMA -madrasah Tsanawiyyah selama 3 tahun dan jenjang kuliah SI-bacheleros- selama 4 tahun.

Syarat masuk ma’had dan kulliatul haram adalah adanya Iqamah (izin tinggal ) yang dikeluarkan kafil (sponsor) serta izin dari kafil untuk belajar. Tentunya setelah lulus ujian masuk yang diselenggarakan panita dan keluarnya pengumuman kelulusan pelajar di ujian tersebut.

APAKAH MA’HAD DAN KULIAH HARAM BERBAYAR?

Sampai saat ini seluruh pelajar yang mengikuti pelajaran di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi free tak dipungut bayaran apapun. Tidak ada uang masuk, uang pembangunan, uang spp dan lain-lainnya seperti yang ada di sekolah-sekolah reguler.

APAKAH MA’HAD HARAM MEMBERIKAN MUKA’ FA AH UNTUK PELAJAR?

Sepanjang pengetahuanku, dan yang sampai padaku dari informasi salah seorang yang belajar di kulliah haram, bilamana peserta didik ma’had/ kulliyatul haram resmi terdaftar, lulus ujian dan aktif belajar mereka kan dapat mukafa’ah – bea siswa berupa uang saku yang jumlahnya berbeda -beda sesuai dengan jenjang sekolah. Katanya untuk level kulliah, mereka dapat mukafa’ah 2000 Riyal per tiga bulan.

KELAS MUSTAMI’

Untuk yang tidak punya iqamah tetapi datang dengan visa ziarah mereka boleh ikut belajar di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi, terdaftar sebagai peserta mustami’ yg tidak punya beban ikut ujian dan dan kehadiran.

JAM BELAJAR DARI JAM BERAPA KE BERAPA?

Yang kuketahui -semoga tidak salah- mereka masuk pagi jam 07.00 dan keluar pada jam 11.30 siang. Wallahu a’lam.

Mereka punya jadwal ujian, dapat raport setiap semester bahkan dapat ijazah yang resmi bila dapat menamatkan sebagaimana sekolah lainnya.

BERAPA BIAYA BUAT IQAMAH

Bila pelajar UIM ( Universitas Islam Madinah) mendapatkan iqamah resmi dari pemerintah Saudi, uang saku bulanan 850 Riyal, badal/uang ganti pengurusan pasport dll, tiket tiap liburan musim panas, dapat tempat tinggal/asrama free, dan subsidi uang makan dari kampus, maka belajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tidak mendapatkan semua fasilitas itu.

Setiap yang ingin belajar di dua masjid suci tersebut wajib mencari sponsor/kafil dan membayar awal kepergian berupa uang tiket, cek kesehatan, visa hingga terbit Iqamah sebanyak 90-100 juta lebih kurang. Kemudian perpanjang iqamah setiap tahunnya sekitar 6000-7000 Riyal atau sekitar 25-30 juta Rupiah.

Tambahan lain, mereka juga harus mencari tempat tinggal/syuqqah sendiri, makan sendiri yang biasanya para mahasiswa patungan untuk membayar semua itu.

Tidak ada tiket pulang, badal/uang pengganti kepengurusan kelengkapan syarat ke saudi sebagaimana pelajar UIM.

BAGAIMANA KEILMUAN PARA PENGAJARNYA

Adalun para pengajarnya maka tak usah diragukan lagi kapasitas keilmuan mereka mereka, pemerintah saudi “bukan kaleng-kaleng” dalam mendatangkan para guru yang mumpuni. Bahkan sebagian mereka pengajar resmi di dua masjid ini dan alumni dari kulliah haram pula.

BAGAIMANA HASIL ALUMNINYA

Adapun hasil alumninya semua terpulang pada kerajinan, kesungguhan setelah taufiq dari Allah .

Bila hal di atas terwujud insyallah ilmu mereka tidak kalah dengan alumni kampus Saudi lainnya bahkan bisa jadi lebih.

MENGAPA KITA JARANG MENDENGAR KIPRAH ALUMNII HARAM MAKKI DAN NABAWI INI?

Wallahu a’lam memang dapat dikatakan tak banyak kita lihat alumni dua masjid ini di tanah air, adapun sebabnya -bila ku amati- ada beberapa faktor:

Pertama, boleh jadi karena kebanyakan pelajar di dua masjid suci ini hanyalah menjadikan belajar di ma’had / kulliayatul haram sebatas jembatan/batu loncatan untuk dapat diterima sebagai mahasiswa resmi di UIM maupun kampus Ummul Qura dan kampus-kampus Saudi lainnya.

Kedua, kebanyakan mereka karena tidak dapat beasiswa full sebagaimana mahasiswa kampus Saudi lainnya, harus bekerja mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka di sana, untuk membayar sewa tempat tinggal, makan-minum, perpanjang iqamah dll, apalagi jika sebagian mereka telah menikah dan punya tanggung jawab anak.

Ketiga, peraturan di Saudi yang mudah berubah-ubah, contohnya dulu sebagian mereka diizinkan ikut belajar dengan visa ziarah saja, setelah belajar 1-2 tahun semua yang pakai bisa ziarah ditolak masuk dan tidak boleh lanjut kecuali bila mereka punya iqamah.

Keempat, dan ini faktor paling banyak yang membuat mereka gagal, yaitu terbius dengan dunia dan gemerlapnya, karena-setauku- mudah sekali untuk menghasilkan uang di sana.

Mulai dari membadalkan umrah dan haji, jual beli dam/kambing di musim haji, bekerja antar jemput katering, jasa muthawwif, handle jamaah Jeddah to Jeddah, broker hotel, menyorong jamaah yang tak sanggup thawaf dengan kursi roda, dll yang semuanya bila tidak dapat mengalahkan syahwat dunianya akan membuat ia gugur di tengah jalan tak selesai belajar, bahkan banyak yang berubah resmi jadi TKI .

Bersambung…

Perjalanan ke Mekah-Madinah 28 Rabiul Awwal 1446/ 01 Okt 2024

Abu Fairuz Ahmad Ridwan My