
Bahagia itu dekat denganmu, tak harus kau jemput jauh ke tempat-tempat pelesiran, ke tempat wisata, piknik ke sana ke mari, ikut berbagai macam komunitas yang membuatmu lalai dari zikrullah dan mengingat akhirat.
Bahagia itu ada di hati, dan akan terwujud bilamana engkau kenal tuhanmu, memperhambakan diri pada-Nya, mencintai dan mengharap ridhonya, mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Bahagia dengan berhura-hura, kumpul-kumpul dengan ahli dunia, kodpar, hanyalah kan membawa pada kebahagiaan sesaat, setelahnya kan lahir kejenuhan, kegelisahan hati yang mengeras, dan gundah gulana.
MENGAPA BULE HOBI BERPELESIR?
Bila kau lihat turis-turis hobi berkeliling dunia untuk mencari destinasi wisata yang indah, menghabiskan banyak uang dan waktu, dari benua ke benua, dari samudera ke samudera, tujuannya tak lain hanyalah untuk mencari kebahagian hati yang hilang.
Mengapa mereka traveling keliling dunia, jawabnya karena mereka tak menemukan bahagia di hati, hingga harus mengorbankan segala harta dan waktu untuk mengejarnya.
Tuntutan hidup yang menggunung, stres dengan ritme kehidupan dan beban dunia, kegagalan hidup meraih asa, dikecewakan manusia, dan berbagai ujian dunia lainnya, membuat dada sempit dan ingin keluar darinya.
Apalagi mereka memang tak punya tujuan meraih kebahagian hidup setelah mati, karena tidak benar-benar beriman dengannya, kufur dengan hari berbangkit, dan tak punya kerinduan berjumpa Allah Rabbul Alamin, dan meraih syurganya.
SARANA MENUJU BAHAGIA
Segala cara ditempuh manusia untuk meraih kebahagian hati, ada yang ambisi mendapatkannya dengan jalan menumpuk-numpuk harta, bekerja keras pagi, siang dan malam. Ada pula yang inggin meraihnya dengan jabatan dan pangkat, dengan cinta dan asmara, dengan judi dan narkoba dst, padahal segala perkara di atas, sejatinya tidak akan pernah membahagikan manusia secara hakiki kecuali kebahagian semu dan sesaat, setelah dapat ia akan jenuh dengannya, bosan dan ingin berpindah kepada kebahagian yang lain.
Pencari bahagia dengan jalur dunia akan terus menderita dalam tiga keadaan, pertama penderitaan, dan keletihan untuk meraih apa yang dicari. Bila tak bertemu antara harapan dan kenyataan ia akan lebih menderita karena tak mampu mewujudkannya.
Kedua, bilamana bersua antara impian dan kenyataan, ia kan menderita dalam upaya mempertahankan apa yang ia miliki, ia akan menderita lagi karena khawatir lepas apa yang telah ada bersamanya, akan menderita karena menaruh curiga dengan setiap orang yang dianggap berpotensi merampas apa yang dia miliki.
Ketiga, ia kan lebih menderita lagi bilamana apa yang dia miliki tersebut lepas dari tangannya dan pindah ke tangan lain, dan inilah puncak penderitaan.
Segala atribut dunia tiada yang berkekalan, anak istri, pangkat jabatan, harta benda, asmara dan cinta, semua kan datang dan pergi, hilang dan lenyap.
Hanya satu yang kekal abadi takkan berpisah selamanya denganmu, dialah Allah Tuhanmu yang senantiasa membersamaimu dengan cucuran nikmat dan rezekinya, sejak alam rahim hingga alam akhirat. Maka cintailah Dia dan cari ridho-Nya sepanjang hayat. Disitulah kebahagiaan abadi bersarang.
Stulang-Batam, 15 Sya’ban 1445/ 25 Feb 2024
Abu Fairuz Ahmad Ridwan MY